Home » » Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap

Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap


Sukses dengan 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) yang berhasil memberikannya dua Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2010, Benni Setiawan kini bekerjasama dengan sutradara Indrayanto Kurniawan (Saus Kacang, 2008) dalam film Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap. Jangan salah, meskipun judul serta penampilan aktris Lydia Kandou di film ini akan mengingatkan setiap pecinta film Indonesia pada film Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), namun Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap sama sekali tidak memiliki hubungan cerita dengan film komedi legendaris tersebut. Pun begitu, didukung dengan akting para pemerannya yang solid, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap cukup mampu tampil sebagai sebuah hiburan yang berkualitas.


Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap berkisah mengenai Asep (Andhika Pratama), seorang pemuda desa yang menghadapi dilema percintaan ketika ibunya (Lidya Kandou) menjodohkannya dengan Enok (Pretty Asmara), gadis yang sama sekali tidak disukainya. Di hari pertunangan mereka, Tuhan ternyata memberikan kesempatan pada Asep untuk berkenalan dengan seorang gadis cantik asal Jakarta, Farah (Donita), yang bersama teman-temannya sesama model, sedang melakukan proses pengambilan gambar di desa Asep. Perkenalan singkat dengan Farah ternyata begitu membekas di hati Asep sehingga membuatnya membulatkan tekad untuk mendapatkan Farah sebagai pendamping hidupnya.

Dan hal itulah yang dilakukan Asep berikutnya. Berbekal sebuah alamat yang diberikan Farah, Asep yang sama sekali belum pernah melakukan perjalanan ke luar desanya, kabur dari rumahnya dan berangkat ke Jakarta untuk menemui Farah. Dengan beberapa keberuntungan yang ia miliki, Asep berhasil menemui Farah. Namun – seperti yang diharapkan penonton pada sebuah film yang mengisahkan mengenai seorang pemuda desa yang baru saja memasuki wilayah kota – Asep banyak menemui culture shock yang membuat hubungannya dengan Farah yang modern terkesan sama sekali tidak akan dapat bersatu. Perjalanan Asep untuk merebut hati Farah juga semakin terjal ketika Asep menyadari kalau Farah ternyata masih mencintai mantan kekasihnya, Brandon (Bertrand Antolin).

Komedi mengenai seorang pemuda desa yang baru pertama kali menginjak wilayah kota untuk kemudian mengalami deretan kesialan akibat terciptanya culture shock antara dirinya dengan deretan karakter masyarakat kota – namun memberikan kejenakaan tersendiri bagi para penontonnya – jelas bukanlah sebuah hal yang baru dalam jalan cerita film Indonesia. Dan harus diakui, Benni Setiawan mampu mengemas bagian-bagian komedi Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap dengan sangat baik sehingga guyonan yang dihantarkan film ini masih cukup mampu terasa menghibur dan segar bagi para penontonnya.

Namun, dengan durasi yang mencapai 100 menit, tentu Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap tidak akan secara terus menerus memuat mengenai tantangan yang dialami karakter Asep dalam menghadapi lingkungan barunya. Disinilah letak kelemahan film ini dimulai. Plot cerita mengenai kehidupan karakter Farah secara perlahan dimunculkan, mulai dari gaya hidupnya, masalah kisah cintanya hingga hubungannya dengan kedua orangtuanya. Sayangnya, tidak satupun dari sisi-sisi lain kehidupan karakter Farah tersebut berhasil tergali dengan baik sehingga hanya mampu tampil sebagai sekelebatan kisah belaka. Bagian kisah mengenai hubungan karakter Farah dengan mantan kekasihnya, Brandon, juga entah mengapa terasa cukup mengganggu akibat seringkali ditampilkan secaraa sepotong-sepotong tanpa adanya penjelasan yang lebih rapi begaimana hubungan antara kedua karakter tersebut yang sebenarnya.

Jalan cerita Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap juga mengalami kesalahan sama yang dapat dijumpai pada 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta, yakni penyusunan akhir kisah yang terkesan terburu-buru sehingga justru menghancurkan tatanan cerita yang sebenarnya telah cukup baik terjaga semenjak awal. Pada Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap, Benni seperti kembali kebingungan untuk menentukan bagaimana akhir kisah hubungan antara karakter Asep dan Farah. Ia bahkan memberikan sebuah twist ketika karakter Asep diceritakan akhirnya memberanikan diri untuk kembali ke Jakarta untuk memberanikan diri merasakan perasaannya pada Farah. Sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu dan justru menjadikan karakter Farah sebagai seorang karakter yang mengesalkan daripada karakter yang dapat menimbulkan rasa simpati dari para penonton film ini.

Terlepas dari deretan kelemahan yang terdapat di alur cerita film ini, Indrayanto Kurniawan membuktikan dirinya cukup mampu untuk mengeluarkan kemampuan akting terbaik setiap jajaran pemerannya. Lihat saja bagaimana Andhika Pratama mampu bertransformasi dengan sempurna menjadi karakter Asep yang lugu. Walaupun penggambaran karakter Asep seringkali terlihat dilakukan berlebihan, namun Andhika membuat kehadiran karakter Asep tetap dapat memberikan kesan nyata. Selain Andhika Pratama, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap juga mendapatkan dukungan kuat dari jajaran pemeran lainnya yang semakin membuat film ini begitu mudah untuk dinikmati.

Susunan komedi yang ditawarkan oleh kolaborasi Indrayanto Kurniawan dan Benni Setiawan dalam Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap memang tidaklah menawarkan sesuatu yang baru bagi penontonnya. Mengeksploitasi deretan guyonan yang hadir karena tingkah polah sang karakter utama yang selalu salah menempatkan diri dalam sebuah lingkungan baru, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap dapat saja berakhir buruk seperti Kabayan Jadi Milyuner (2010) yang memiliki premis sama namun hasil akhir yang terlalu datar. Namun, terlepas dari beberapa kelemahan yang dapat dirasakan di beberapa bagian penulisan naskah, Benni mampu mengelola jalan cerita Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap dengan cukup baik. Ditambah dengan kemampuan Indrayanto Kurniawan dalam mengarahkan setiap pemeran film untuk menghasilkan kemampuan akting terbaik mereka serta tim produksi yang tampil tidak mengecewakan, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap mampu tampil sebagai hiburan pemancing tawa yang cukup ampuh walaupun sama sekali tidak istimewa.

Share this article :

Post a Comment